Bagaimana cara kita mengetahui konsep sehat-sakit yang dipahami oleh
seseorang? Caranya mudah saja, coba anda lakukan sedikit permainan sebagai
berikut :
- Bentangkan sebuah tali di lantai, bagi tiga bagian bentangan tali tersebut menjadi tiga kelompok mati, sakit, dan sehat
- Minta kepada tiap audien untuk memposisikan diri dimana keadaan kesehatan yang mereka rasakan saat ini
- Tanyakan kepada audien mengapa dia memilih berdiri di posisi itu ? Mengapa dia menganggap keadaan dia saat ini lebih sehat/sakit dari audien yang lainnya?
Dari sedikit permainan diatas akan diperoleh berbagai jawaban dan
anggapan yang bervariatif dari audien yang ada. Dari semua jawaban dan anggapan
dari audien tadi, diperolehlah kesimpulan bahwa batasan sehat dan sakit adalah
sangat subyektif, artinya tergantung standar masing-masing individu.
Pada umumnya, masyarakat menyatakan dirinya tidak sehat jika sudah jatuh
sakit dan tidak dapat melakukan aktivitas harian. Anggapan ini terjadi terutama
dikalangan masyarakat miskin, yang terkadang lebih menghargai waktu demi
penghasilannya. Sebagai contoh, di kalangan masyarakat petani misalnya, suatu
ketika ibu jari kakinya tidak sengaja terluka terpacul ketika melakukan
kegiatan mencangkul di sawah. Selama dia masih bisa berjalan dan dapat menghentikan/mengurangi
pendarahan dari lukanya itu, dia tetap beranggapan masih sehat dan meneruskan
pekerjaannya. Berbeda sekali dengan kalangan pegawai kantoran misalnya, ketika
suatu saat ibu jari kakinya terjepit pintu dan berdarah, dia akan meminta ijin
untuk meninggalkan pekerjaannya dengan alasan ke dokter atau klinik untuk mengobati
lukanya itu dan tidak dapat melanjutkan pekerjaannya karena ketidaknyamanan
akibat luka terjepit pintu. Terkadang dari dua kejadian diatas kita bisa
mengetahui siapa sebenarnya yang lebih menghargai waktu untuk terus
beraktifitas dan produktif. Mengapa semua ini terjadi ? Perlu diingat bahwa
semakin miskin seseorang, standar kesehatannya semakin rendah, dan biasanya
orang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih memperhatikan kesehatannya.
Lalu
bagaimana Standar Hidup Sehat itu ???
Menurut
saya, standar hidup sehat itu terlihat dari dua kejadian yang dialami oleh
manusia, yaitu ketika dia sakit dan ketika dia sehat.
Ketika Sakit
Ketika
kita sedang mengalami sakit, standar hidup sehat itu terlihat dari segi
pelayanan kesehatan yang tersedia, memadai, dekat dan murah. Pelayanan
kesehatan yang tersedia yaitu ketika kita sakit bahwa pelayanan kesehatan yang
disediakan benar-benar ada dan tepat untuk mengobati sakit itu. Pelayanan
kesehatan yang memadai dalam artian adalah cukup tenaga kesehatan yang
menangani ketika kita sakit dan memberikan pelayanan yang sesuai berdasarkan
standar pelayanan minimum. Pelayanan kesehatan yang dekat mengandung arti bahwa
penyedia layanan kesehatan mudah untuk dijangkau oleh kita yang sedang sakit.
Dan Pelayanan Kesehatan yang murah artinya terjangkau dalam segi ekonomi, murah
disini menurut saya bukan berarti gratis tapi masih dapat dijangkau oleh
masyarakat menengah ke bawah. Mengapa murah bukan gratis saja??? Menurut saya, menggratiskan
pelayanan kesehatan akan membentuk mental masyarakat yang cenderung tidak
berusaha untuk melakukan pencegahan/preventif terhadap penyakit. “Ngapain
mencegah ??? toh klo kita sakit juga gratis ini!!” … nah jangan sampai anggapan
ini mem-“virus” di kalangan masyarakat kita. Tidak dipungkiri juga, selama ini
layanan kesehatan gratis tidak menyelesaikan masalah kesehatan karena layanan kesehatan
gratis terkadang tidak di dukung oleh pelayanan kesehatan yang memadai dan
tepat. Alangkah baiknya jika layanan kesehatan gratis ditiadakan namun diganti
dengan layanan kesehatan bersubsidi, dengan demikian masyarakat akan tetap
berkorban secara ekonomi untuk memperoleh layanan kesehatan (tentu saja tidak
besar) dan tetap memiliki pemikiran “Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati”.
Ketika Sehat
Standar
hidup sehat yang baik ketika kita sehat adalah menciptakan lingkungan sekitar
kita untuk tetap bersih, nyaman dan aman. Serta berperilaku cukup gizi,
melakukan pencegahan penyakit, melakukan perlindungan keamanan dan keselamatan,
serta sayang ibu, anak dan manula.
Tentu
saja Standar Hidup Sehat ketika kita sakit maupun ketika kita sehat harus
didukung oleh prasarana yang memadai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar