Search ajah

Rabu, 21 Desember 2011

Perdebatan Jalan Tol

Saat itu kami dalam perjalanan pulang dari Slipi menuju ke Cilegon. Tak disangka saya dan istri saya terlibat dalam sebuah percakapan yang cukup seru bagi saya. Perbincangan saya mulai mengenai keadaan jalan tol yg ada di negara kita, terutama sepanjang jalan tol dari Jakarta-Merak. Saya beranggapan bahwa dengan dibangunnya jalan tol yang ada kok malah membuat permasalahan macet yang sangat mengerikan sehingga merugikan pengguna itu sendiri. Apakah artian dari jalan tol itu sendiri memang salah arti oleh pemerintah kita? sepengetahuan saya jalan tol itu dibuat untuk mempersingkat sebuah jarak dari 2 tempat atau lebih bukannya malah makin jauh/lama (karena macet). Menurut saya, salah satu pengguna jalan tol yaitu sarana angkutan umum jangan memasuki area tol karena kita pikir secara logika saja bahwa penumpang berada di jalan reguler biasa. Apalagi angkutan umum yang bertarif ekonomi bukan PATAS. Pengertian dari angkutan PATAS adalah angkutan tersebut hanya berangkat dari tujuan asal sampai ke tujuan akhir tanpa mengambil atau mengangkut penumpang selain dari tempat yang namanya terminal / pool. Namun apa yang terjadi ?
Mayoritas dari angkutan yang katanya tertulis PATAS malah mengangkut penumpang selain dari pool/terminal bahkan dari pinggir jalan malah tambah parah lagi mengambil penumpang di jalan tol. Lalu sapa yang salah? Menurut istri saya yang salah adalah pengguna atau penumpang dari angkutan tersebut yang tidak taat aturan yang ada diperparah lagi juga dengan supir dan kondektur yang juga tidak taat aturan. Aturan kan sudah jelas, jangan naik atau mengambil penumpang/angkutan di jalan tol eh malah ngga ditaati, itulah pendapat istri saya. Menurut saya, itu semua tidak cukup, mengapa? karena kita lihat, jalan reguler yang dikelola oleh pemerintah tidak memadai alias tidak terawat dengan baik & kualitasnya pun jauh dari kualitas jalan tol yang ada, memang pengelola jalan tol dikelola oleh pihak swasta makanya lebih baik. Tapi liat jalan tol yang ada malah lebih macet dari jalan reguler (terlihat di jalan tol dalam kota jakarta). Mengapa ini terjadi? jalan reguler yang ada kalah lebar dari jalan tol swasta. Pengguna jalan merasa bahwa dengan adanya jalan tol bisa mempercepat waktu perjalanan tapi yang ada malah makin lama. Memilih jalan reguler dihindari karena terlalu sempit dan terlalu banyak kendaraan lain, terutama kendaraan roda dua. Wah ribet juga jadinya, planning dengan adanya jalan tol untuk percepat waktu tempuh eh malah meleset malah makin menambah jarak tempuh, sehingga mau tidak mau pengguna jalan berlomba untuk yang paling pagi berangkat diantara yang lain, celakanya semua pengguna jalan berpikir seperti itu, sehingga masalah yang ada tidak pernah terselesaikan.
Belajar dari kejadian itu semua saya cuma mengemukakan beberapa hal saja neh dan mungkin hanya ide dan angan-angan saja (mudah-mudahan anak cucu saya bisa mewujudkannya)
  1. Sudah saatnya para supir dan penumpang menyadari perbuatannya yang sangat berbahaya & melanggar aturan dengan tidak lagi naik/menaikkan penumpang di jalan tol.
  2. Sudah saatnya pemerintah membuat sebuah aturan yang ketat mengenai kepemilikan kendaraan bermotor agar tidak lagi membludak seperti sekarang. Memang kepemilikan kendaraan bermotor adalah hak setiap orang untuk memilikinya, tapi perlu diingat bahwa keadaan jalan di negara kita tidak seimbang dengan jumlah kendaraan yang dimiliki.
  3. Tindakan & sanksi keras bagi siapapun yang melanggar aturan Lalu Lintas, serta para penegak hukum yg cari "mangsa" di jalan untuk kepentingan pribadi.
  4. Contohlah dari negara-negara maju dimana setiap warganya adalah polisi bagi dirinya sendiri, sehingga "melek" hukum.
  5. Contohlah negara Arab Saudi yang membatasi tahun kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan, so mobil-mobil tua jadi tumpukan sampah ajah ato di musiumkan... ^_^
Itu semua hanya sekelumit kecil keruwetan yang ada di dunia Lalu Lintas negara RI, hayo ah yang punya duit banyak mendingan infestasi ajah jangan menambah koleksi kendaraan bermotor terus, infestasi ajah misalnya beli klub sepak bola luar negeri hehehehe.

Tidak ada komentar: