Search ajah

Sabtu, 04 Februari 2017

David .... Pemerintah Tidak Mengganggu Saja Sudah Baik .......

Ketika sebuah etnis yang ada di Republik ini sering dikatakan hanya mengeruk kekayaan yang ada di bumi Republik ini, saya menemukan seorang pemuda dari etnis tersebut yang ternyata memiliki pemikiran cinta terhadap kehidupan Republik ini.

Saat itu, 27 Januari 2017, ketika saya singgah sebentar di Kota Jambi, saya dan boss saya diperkenalkan kepada seseorang pemuda yang memiliki cita-cita dan keinginan yang saya anggap sungguh luar biasa dimiliki oleh warga negara yang notabene keturunan etnis bukan asli Republik ini. Seandainya itu saya, tentu saya belum memiliki cita-cita yang semulia dia, saya akan dengan senang hati mewarisi usaha orang tua yang sudah dirintis sejak nol.
Nama pemuda itu adalah David. Ntahlah saya tidak mengetahui nama panjangnya siapa. Ingin rasa ketika bertemu pada saat itu saya mengambil potret dari wajah pemuda itu, tapi saya berpikir itu tidak etis.
Jadi teringat Film “Cek Toko Sebelah” yang saya tonton dengan tiket gratis pemberian teman yang katanya salah memilih jam tayang .... hehehehe ..... rezeki anak kost ...... Persamaan yang ada dengan film itu dengan kehidupan David adalah sama-sama tidak ingin mengikuti jejak orang tuanya. Perbedaan yang ada adalah tujuan dan alasan mengapa kedua tokoh tersebut tidak ingin meneruskan usaha orang tuanya. Dalam film, sang tokoh ingin meniti karir menjadi seorang manager skala internasional bagi perusahaannya. Sedangkan David, ingin memberikan contoh kepada warga sekitar untuk lebih memikirkan dan menjaga area lahan yang dimiliki untuk dijadikan lumbung pangan sebagai bentuk mewujudkan kedaulatan pangan bagi Republik ini. Mendengar alasan David ini, membuat hati dan otak saya teriris menangis dan malu karena saya sendiri tidak berpikir dan bertekad begitu demi Republik ini, saya adalah etnis asli Republik ini tapi saya tidak berpikir nasib Republik ini kedepannya.
David, seorang lulusan Sarjana Teknik, dengan bekal ilmu yang dimilikinya memodifikasi alat berat (eksavator) menjadi sebuah alat membajak raksasa yang bisa melakukan pembalikan tanah tanpa merusak unsur hara yang berada dilapisan paling atas tanah (top soil) yang berguna bagi tumbuhan pangan. Dengan kreatifitas yang dilakukannya, pernah seorang menteri datang ke lahan yang dia garap secara diam-diam tanpa pemberitahuan kepada pemerintah setempat dan protokoler. Tentu saja, menteri tersebut terkejut melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh David, dan tidak menyangka David ternyata masih seorang pemuda. Menteri tersebut mengaku sudah keliling Republik ini dan belum menemukan inovatif yang dibuat oleh David. Sang menteri pun bertanya kepada David, “Apa yang bisa negara bantu untuk kegiatan kamu ini?”. David hanya tersenyum seraya berucap, “Dukung saya....”. Jawaban yang sangat sederhana dan polos, mungkin saja saat itu David tidak berpikir yang macam-macam.
Ayah David pun bercerita, bahwa dia merasa apa yang dilakukan putranya itu seperti tidak didukung oleh pemerintah padahal apa yang dilakukan putranya itu sungguh untuk membangun Republik ini. “Semua yang dikerjakan David, semua adalah dari dana pribadi saya dan David. Tidak ada 1 bank pun yang mau menyetujui ketika kami ingin mengajukan pinjaman dana dengan jaminan sebidang tanah yang dijadikan workshop David. Mereka berkata bahwa dengan tujuan digunakan untuk pertanian itu sangat sulit untuk diwujudkan bahkan terkadang ditertawakan. Saya pada awalnya tidak menyetujui apa yang David lakukan, tapi sepertinya David sungguh keras kepala dengan keinginannya itu. Sekarang saya percaya dengan David, sudah semua harta yang saya miliki dan kakak-kakanya tercurahkan di dalam kegiatan David sekarang ini. Saya yakin David akan sukses!!!”, ujar ayah David.
Saat ini, David masih mengerjakan penyiapan lahan yang dimilikinya, kira-kira seluas 400 ha, dengan tangan sendiri dan biaya sendiri. Dengan alat berat yang dia modifikasi, David telah menyiapkan lahan untuk siap digunakan lahan pertanian beserta embung-embung air dan irigasi yang dia buat dengan tangannya sendiri. Untuk awal, David akan mencoba menanam jagung beberapa Ha dari lahan yang dia miliki untuk uji coba lahannya.
Boss saya, Zukri Saad, seorang aktivis lingkungan dan pendiri WARSI, berujar, “David .... Pemerintah tidak mengganggu apa yang kamu lakukan saja itu sudah baik, teruskan apa yang kamu lakukan, saya akan bantu kamu, saya akan hubungi kolega saya untuk bisa bantu kamu dalam mewujudkan itu, tidak usah kamu membayar konsultan ..... habisin duit saja .... cukup dengan bantuan petani ahli yang saya miliki ...... murah dan bisa bantu dengan tuntas.”
Yang membuat saya tergelitik dari ucapan boss saya itu adalah “Pemerintah tidak mengganggu saja itu sudah baik .... “. Ada benarnya juga seh, jika pemerintah tidak melihat ini sebuah cita-cita yang luhur bagi kemakmuran Republik ini, lebih baik tidak usah mengharapkan bantuan dari pemerintah. Nanti juga klo sudah terlihat hasilnya, mereka akan datang berduyun-duyun memberikan dukungan dan bisa jadi malah di klaim sebagai kinerja positif dari pemerintah setempat ...... hahahahaha ...... “Sapi punya mata, telor punya nama”
Teringat selalu perkataan boss saya, “Tahun 2045 ada 45 juta lebih warga Republik ini ....... mau dikasih makan apa mereka jika kita tidak serius bertindak mengenai Kedaulatan Pangan!!!”. Benar juga, seiring bertambahnya waktu, ketersediaan lahan tidak bertambah akan tetapi pertumbuhan penduduk terus bertambah.
Ayooo ..... para etnis asli Republik ini ...... malu dong ama David ...... bersegeralah .... bergegaslah ..... kreatiflah ..... pedulilah ...... berbuatlah .... demi Republik ini. Jangan terlalu terlena dengan urusan politik dan keyakinan ....... semua hanya berdampak kecil pada kemakmuran anak cucu kita kelak .......
Untuk David ..... terus berjuang dan jangan kecil hati ..... niatanmu sungguh mulia untuk Republik ini ....... SALUTE !!!!!
Muara Tawang Estate, Suhaid, Kapuas Hulu, 03 Februari 2017, 11.30 WIB.

Tidak ada komentar: